Rp 140
Prof. Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd.
ISBN: 978-623-6428-70-2
Tebal: xvi + 410 hlm
Kertas: HVS 70 gr
Ukuran: 15,5 x 23 cm
Cover: Soft Cover
Laminasi: Doff
Isi: Hitam Putih
Perubahan paradigma suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawarkan lagi dalam proses pembelajaran, selama ini paradigma pembelajaran adalah pembentukan perilaku (behaviorisme) dan hasilnya belum memuaskan. Behaviorisme mempercayai bahwa perilaku sebagai petunjuk tujuan, sementara konstruktivisme mempercayai bahwa setiap individu dapat memaknai kehidupannya di dunia nyata. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap diterima dan diingat oleh peserta didik. Peserta didik harus mengonstruksi pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Peserta didik perlu dibiasakan untuk memunculkan ide-ide baru, memecahkan masalah, dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Belajar terstruktur tidak merupakan suatu tugas, tetapi meminta peserta didik mempergunakan piranti secara aktual dalam situasi dunia nyata dan aktif mempelajari masalah-masalah serta bepikir reflektif. Dalam ide-ide konstruktif, belajar harus dilaksanakan secara autentik dan berpusat pada “masalah” atau “teka teki” yang dirasakan oleh peserta didik biarkan peserta didik mengonstruksi sendiri pengetahuannya. Pembelajaran saat ini setidaknya menggeser paradigma dari pembelajaran yang berdasar kacamata pengajar (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berdasarkan kacamata peserta didik (student centered).
Paradigma baru bukan lagi guru yang harus menguasai kelas sebagai aktor, tetapi peserta didik yang lebih peran sebagai aktor dalam belajar. Pengertian belajar, menurut konstruktivisme, adalah perubahan proses mengonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata yang dialami peserta didik sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan yang mereka peroleh sebagai hasil interpretasi pengalaman yang disusun dalam pikirannya. Secara psikologis, tugas dan wewenang pembelajar/guru adalah mengetahui karakteristik peserta didik, memotivasi belajar, menyajikan bahan ajar, memilih metode belajar, dan mengatur kelas. Dosen/guru (pembelajar) berperan sebagai fasiltator, mediator, dan mentor terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran.
Fokus pembelajaran konstruktivistik ditekankan pada proses tidak pada hasil dan peran pembelajar/guru sebagai seorang mentor bukan seorang “tukang cerita”. Sementara itu paradigma behavioristik yang harus diabaikan adalah belajar adalah mengubah perilaku organisma tubuh dan menekankan pada perilaku yang tampak dan dapat diukur serta pembelajaran memanfaatkan konsekuensi dan penguatan perilaku belajar.
Ulasan
Belum ada ulasan.